KESESATAN DALAM BERDZIKIR

Rabu, Januari 21, 2009 0 Comments »
KESESATAN SUFI DALAM BERDZIKIR

1. Aliran Sufi suka bermain musik yang mereka namakan dengan gambus
dalam dzikir

Ini sesungguhnya adalah seruling-seruling syaithan. Sungguh Abu Bakar
Ash-Shidiq ra. pernah masuk dirumah Aisyah ra. dan disana ada dua anak
perempuan kecil yang sedang bermain rebana, maka berkata Abu Bakar ra.
: Ini adalah seruling-seruling syaithan, ini adalah seruling syaithan.
Maka Rasulullah SAW bersabda kepada Abu Bakar ra. : Biarkan mereka
wahai Abu Bakar! Karena keduanya sedang merayakan hari raya. (HR.
Bukhari
dengan lafadz yang berbeda)

Darti hadits diatas Rasulullah SAW mengakui perkataan Abu Bakar ra.
tanpa membantahnya (menyebut seruling syaithan) tetapi hanya karena
pada saat itu sedang hari raya dan pelakunya adalah anak perempuan
kecil maka dibolehkan.

Dan tidak ada dalil bahwa para sahabat dan tabiin, mereka itu bermain
rebana (gambus) dalam berdzikir. Bahkan ini adaah perbuatan bidah yang
dibuat oleh orang-orang sufi yang semua ini telah diperingatkan oleh
Rasulullah SAW dengan sabdanya:
Barang siapa yang beramal dengan suatu amalan yang bukan atas perintah
kami, maka tertolak. (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Aliran Sufi membolehkan menari, bermain musik dan mengeraskan suara
ketika berzikir

Kita dapat menyaksikan pengikut aliran sufi itu berdzikir dengan
lafadz Allah saja dan pada akhirnya berdzikir dengan lafadz Hu (Dia)
saja.
Padahal Rasulullah SAW bersabda :
"Dzikir yang paling utama adalah Laa Ilaaha Illallah (HR. Tirmidzi
dengan sanad hasan shahih). Jadi, tidak dengan Allah dan Hu saja.

Di dalam berdzikir mereka mengangkat suaranya dengan keras dan
bersamaan (koor/berjama'ah),
Padahal berdo'a seperti itu terlarang berdasarkan firman Allah SWT :
"Berdo'alah kepada Tuhan-mu dengan merendahkan diri dan suara yang
lembut, sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas." (Al-A'raaf : 55)
Maksudnya Allah tidak menyukai orang yang berlebihan dalam berdo'a
dengan terlalu cepat dan dengan suara yang keras. (lihat tafsir
Jalalain Imam Suyuthi).

Rasulullah SAW pernah mendengar para shahabat meninggikan suaranya
dalam berdzikir, maka Beliau SAW bersabda kepada mereka :
"Wahai manusia ! rendahkanlah suaramu, sesungguhnya kalian tidak
menyeru kepada Dzat yang tuli dan tidak ada, tetapi kalian berdo'a
kepada Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat dan Allah senantiasa
bersamamu." (HR. Muslim)
Allah bersamamu dengan Pendengaran dan Ilmu-Nya dan Allah Maha
Mendengar dan Maha Melihat.

3. Menggerak-gerakkan Tubuh ketika Dzikir
Ini termasuk menyerupai orang Yahudi ketika mereka membaca kitab mereka.
Berkata Ar-Ra’i Al-Andalusi rahimahullah: "Demikian pula penduduk Mesir
telah menyerupai Yahudi dalam bergerak-gerak di saat belajar dan sibuk.
Dan ini termasuk perbuatan orang Yahudi.”
Berkata Bakr Abu Zaid: "Wajib atas orang-orang yang berdzikir kepada
Allah, yang bertawajjuh dengan doa kepada Allah, para penghafal kitab
Allah, yang membuat madrasah-madrasah dan halaqah tahfidz Al Qur’an
agar meninggalkan bid’ah bergerak-gerak ketika membaca. Dan hendaklah
mendidik anak-anak kaum muslimin di atas sunnah dan menjauhi bid’ah."
(Tash-hih Ad-Du’a, hal. 80-81)
Demikianlah yang kita lihat dijaman kita ini, dimana orang berdzikir
dengan cara koor (bersama-sama) dan mengeraskan suaranya, bahkan
menggunakan pengeras suara dicorong-corong speaker masjid.

4. Mereka suka menyertai ibadah mereka dengan Siulan dan Tepuk Tangan

Padahal siulan dan bertepuk tangan itu merupakan adat bagi kaum
musyrikin dan ibadahnya mereka. Allah SWT berfirman :
Maka shalat mereka (kaum musyrikin) disekitar Baitullah itu tidak lain
hanyalah siulan dan tepuk tangan. (Al-Anfaal : 35)
Al-Mukaa pada ayat ini adalah siulan dan At-Tashdiyah adalah tepuk
tangan.

diambil dari http://ruqyah-online.blogspot.com

0 komentar: