Menstimulasi Perkembangan Otak Anak

Selasa, Januari 13, 2009 0 Comments »
Menstimulasi Perkembangan Otak Anak dengan rajin membacakan buku dengan lantang pada anak bermanfaat menstimulasi perkembangan otak anak. Jika selama ini Anda berkeyakinan bahwa untuk bisa mencerdaskan anak perlu biaya mahal, sebaiknya segera patahkan mitos tersebut. Banyak hal bisa ditempuh dalam mengasah kemampuan otak anak sejak dini tanpa perlu merogoh kocek dalamdalam, salah satu caranya dengan rajin membaca. Tengoklah Lintang, salah satu tokoh dalam film Laskar Pelangi yang diadaptasi dari novel karya Andrea Hirata. Biarpun datang dari keluarga tak berpunya, kebiasaan Lintang membaca bahan bacaan apa pun seadanya menjadikannya sosok bocah paling cerdas di kelas. Berkat segudang pengetahuan dan keterampilannya dalam berhitung, dia pun berhasil memboyong piala lomba cerdas cermat sekaligus mengharumkan nama sekolahnya yang kerap dipandang sebelah mata.

Psikolog Diennaryati Tjokrosuprihartono berkomentar, menstimulasi dengan membaca adalah senjata ampuh yang bisa menghantam kebodohan, kemiskinan, dan ketersiasiaan. Selain itu, kegiatan paling sederhana yang dapat dilakukan orangtua dan guru dalam mempersiapkan perkembangan otak anak belajar membaca adalah dengan jalan membacakan cerita untuk mereka. Beberapa waktu lalu, buku populer The Read Aloud Handbook karya Jim Trelease versi bahasa Indonesia juga diluncurkan di Toko Buku Kinokuniya Plaza Senayan, Jakarta. Peluncuran buku yang didukung penuh komunitas Reading Bugs tersebut membawa pesan penting bagi para orangtua agar menyisihkan waktu untuk membacakan cerita untuk anak, minimal 20 menit setiap hari. Tak sekadar membaca, melainkan membaca lantang (read aloud), disertai ekspresi dan interaksi sehingga membuat anak tertarik. Manakala anak sudah tertarik pada sesuatu, biasanya mereka akan meminta untuk diulang lagi dan lagi, hingga pada akhirnya menjadi suatu kebiasaan positif yang membudaya hingga mereka dewasa.

"Membaca lantang bisa menjadi bentuk rekreasi yang menyenangkan anak. Untuk itu, orangtua harus membawakan cerita dengan intonasi yang tidak monoton dan disertai ekspresi. Dengan begitu, seluruh komponen visual-auditory anak bisa terasah," ujar Diennaryati. Sementara itu, Roosie Setiawan, seorang pendiri Reading Bugs, berpandangan, membacakan cerita kepada balita merupakan langkah tepat dalam membangun karakter dan kepribadian gemar membaca anak. Bahkan, jika orangtua mulai membacakan cerita sejak trimester akhir kehamilan dan meneruskan kebiasaan ini setelah anak lahir, akan mampu membuat mereka menjadi lebih tenang dan nyaman. Pasalnya, suara orangtua ketika membacakan cerita menjadi suara yang sudah biasa didengar semenjak masih dalam kandungan. Dengan membacakan cerita, anak mendapatkan "reading role model" yang tak lain adalah orangtuanya sendiri. Orangtua yang mencintai anaknya dan dengan penuh cinta menyediakan waktu membacakan cerita bagi anaknya. "Ini merupakan modal kuat keberhasilan menjadikan seorang anak yang gemar membaca. Dengan kata lain, membaca adalah hadiah terindah yang bisa diberikan pada anak," sebutnya.

Dalam konsep read aloud, membacakan cerita bukan lagi sekadar mengeja huruf, juga mengajarkan orangtua bagaimana caranya membangun keingintahuan anak dan memotivasi mereka untuk bertanya. Hal ini pada akhirnya akan melatih mereka berpikir kritis ketika membaca atau mendengar cerita. Inilah yang disebut think aloud. Fifi, seorang penulis buku cerita anak, merasakan manfaat paling utama dari kebiasaan membacakan cerita pada Zidan, putranya yang kini berusia 3 tahun, adalah dalam hal kosakata.

0 komentar: